Kamis, 18 Februari 2010

Cincin Kawin, si Bulat Simbol Cinta Abadi


Tradisi cincin kawin sudah berlangsung ribuan tahun lampau. Memang tak ada data pasti kapan cincin mulai digunakan untuk perkawinan. Tetapi, sejumlah literatur menyebutkan, pada zaman Romawi kuno banyak pasangan menggunakan lempeng besi sederhana sebagai tanda ikatan. Bentuknya yang melingkar sempurna tanpa memiliki ujung dan pangkal, diidentikkan sebagai aliran cinta yang abadi tanpa henti. Diyakini, lingkaran cincin sebagai simbol cinta abadi.

Dalam perkembangannya, bentuk dan desain cincin-cincin pun berevolusi. Mengiringi derasnya perkembangan dunia fashion, cincin kawin mengalami berbagai inovasi yang luar biasa. Pada masa kini, beragam cincin kawin tersedia dalam berbagai model dan bahan. Tapi, cincin kawin paling umum digunakan adalah menggunakan bahan dasar emas atau platinum. Emas ini muncul dalam beragam warna, seperti kuning, merah muda, atau putih seperti platinum. Sementara itu, kadar karat yang umum dipakai adalah emas 18 karat. Emas murni 24 karat kurang cocok dijadikan cincin kawin karena sifat logamnya lunak sehingga mudah berubah karena pemakaian sehari-hari.

Seperti dijelaskan Senior Sales & Operation Manager Goldmart, Alexander, saat ini emas putih menjadi pilihan pasangan calon pengantin, meski kata dia, masih ada yang memilih kombinasi antara emas kuning dan putih.

Pilihan lainnya adalah platinum berwarna kemilau putih keperakan bergaya klasik. Seperti halnya emas, nilai cincin ditentukan kadar campuran logam lainnya, seperti iridium dan rutenium.

Desain cincin saat ini menurut Alex, simpel sehingga Goldmart selalu menciptakan desain-desain berdasarkan keinginan konsumen. "Saat ini, banyak pasangan yang membeli atau memesan cincin kawin berdesain simpel dengan emas putih. Banyak pasangan juga memilih desain polos karena praktis untuk pemakaian sehari-hari. Selain itu juga manis, elegan, dan eksklusif," ujar Alex.

Khusus untuk jenis cincin yang dihiasi permata, hingga kini berlian yang melambangkan kemurnian dan keabadian cinta, masih menjadi yang terfavorit.

Dua batu permata pilihan lainnya adalah ruby merah yang melambangkan hati, serta safir biru yang melambangkan kesetiaan.

Walau telah mengalami banyak perkembangan, cincin kawin pada dasarnya terdiri dari tiga model utama, yakni cincin berbentuk lingkaran polos tanpa ornamen, cincin dengan hiasan satu atau beberapa permata, dan cincin yang dihiasi motif seperti sulur atau garis-garis.

Tak hanya modelnya yang beragam, cincin kawin dewasa ini juga tersedia dalam berbagai jenis bahan dasar. Cincin kawin dari emas kuning yang sangat populer pada masa oma-opa atau papa-mama kita dulu, kini telah tergeser oleh emas putih. Kini, Anda juga dapat membeli cincin yang terbuat dari logam titanium. Permata penghiasnya pun makin variatif. Mulai dari berlian asal Belgia yang indah, namun berharga tinggi, hingga kristal swarovski yang lebih ekonomis.

Mengapa Jari Manis?

Di beberapa negara seperti Inggris, beberapa negara persemakmuran Inggris, Amerika Serikat, dan Brasil, cincin pernikahan dikenakan di jari manis tangan kiri (jari keempat dihitung dari jempol). Sementara di banyak negara, cincin kawin dikenakan di jari manis tangan kanan. Negara tersebut adalah Norwegia, Argentina, Azeerbaijan, Bulgaria, Jerman, Polandia, atau Rusia.

Budaya Indonesia tak mewajibkan pemakaian cincin. Namun ketika kita hidup di negara lain, budayanya berbeda, karena orang akan melihat status seseorang dari pemakaian cincin. Jika memakainya di jari manis tangan kiri, maka orang tersebut masih tunangan. Sebaliknya, jika di jari manis tangan kanan, maka orang tersebut sudah menikah. Nah, Anda sudah tahu, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo koment